Gus Ipul: Kedisplinan Dibangun di Sekolah Rakyat

12-07-2025
 
Penulis
Annisa Chyka
Editor
Dwi Wijianto
Jakarta — Keberhasilan Sekolah Rakyat sebagai ruang pendidikan alternatif terbangun dari nilai-nilai kedisplinan yang ditanamkan kepada para siswa.
“Kedisiplinan dibangun sejak masuk ke dalam Sekolah Rakyat. Siswa harus mengikuti semua tata tertib di dalam sekolah,” ujar Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul) di Jakarta, Jumat (11/7/2025).

Kedisplinan ditanamkan kepada setiap siswa dengan wajib mematuhi tata tertib dan menjalani kehidupan berasrama yang tertata. Selain mendidik para siswa hidup disiplin, Sekolah Rakyat menjaga tiga komitmen mendasar, antara lain mencegah perundungan, mencegah pelecehan seksual, dan mencegah intoleransi. Ketiganya menjadi pilar utama dalam menciptakan ruang tumbuh yang aman, setara, dan membebaskan untuk anak-anak dari keluarga rentan.

“Ada tiga hal yang harus dijaga dan harus dicegah sekeras mungkin. Tidak boleh terjadi perundungan di sana, tidak boleh terjadi pelecehan seksual, tidak boleh terjadi intoleransi,” urai Mensos Gus Ipul.

Sebagai variabel pendukung, lingkungan belajarnya dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang layak, seperti ruang kelas, fasilitas ibadah, kamar tidur, makan bergizi hingga sistem digitalisasi.

Sekolah Rakyat pun dirancang fleksibel melalui sistem multi entry dan multi exit, membuka peluang masuk dan keluar yang sesuai dengan kebutuhan serta kondisi siswa.

Seluruh mekanisme yang sistematis tersebut dimulai dengan rekrutmen calon siswa secara aktif serta berbasis pada Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN). Profil calon siswanya pun diprioritaskan dari kelompok yang berpotensi putus sekolah, tidak sekolah atau belum pernah sekolah sama sekali.

“Yang direkrut adalah yang ada dalam data DTSEN terlebih dahulu. Kemudian didatangi oleh tim lapangan,” ujar Mensos Gus Ipul.
Setelah disurvei, calon siswa tidak perlu menjalani tes akademik sebagai syarat masuk. 

“Bagi saya ini juga menjadi hal yang mengharukan ketika Bapak Presiden mengatakan tidak perlu tes akademik, karena mereka memerlukan pendidikan yang kita selenggarakan,” jelas Mensos Gus Ipul.

Sebelum memasuki pembelajaran akademik tingkat SD, SMP, SMA dengan kurikulum nasional, seluruh siswa menjalani talent mapping dan matrikulasi. Pendidikan karakter dan spiritualitas bagi siswa dilaksanakan pada sore hari, untuk membentuk akhlak dan kepemimpinan.

“Nanti akan ketahuan bakat anak ini apa, potensinya seperti apa, dan karir yang cocok seperti apa. Ini membantu guru untuk mengetahui potensi anak sejak awal,” tambah Mensos Gus Ipul.

Demi menjaga kualitas, setiap siswa mendapatkan wali asuh yang bertugas mendampingi dan memastikan kebutuhan mereka terpenuhi, baik secara sosial, emosional maupun fisik.

“Ada wali asuhnya setiap anak, dikawal betul. Maka itu kita kuatkan sistem pengawasannya, sistem pencegahannya,” jelas Mensos Gus Ipul.
Semangat kolaborasi juga terlihat di beberapa hal, misalnya untuk pemeriksaan kesehatan fisik dan mental secara menyeluruh diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan. Kemudian modul ajar diberikan oleh sekolah unggulan Al-Hikmah Surabaya.

Pada tahap awal, Sekolah Rakyat dijalankan di gedung-gedung pemerintah pusat dan daerah yang telah dinyatakan layak. Namun ke depan, Kemensos telah menyiapkan pembangunan 100 sekolah rakyat permanen menggunakan APBN tahun ini, yang akan menampung hingga 1.000 siswa per sekolah.

“Kalau lima tahun ke depan ada 500 Sekolah Rakyat dengan daya tampung seribu, berarti bisa sampai 500 ribu anak-anak yang tidak mampu bisa lulus dari SMA,” jelas Mensos Gus Ipul.

Sekolah Rakyat hadir sebagai wujud nyata kehadiran negara untuk rakyat miskin dan rentan. Tidak hanya memberikan akses pendidikan, tetapi juga membangun manusia Indonesia yang utuh — sehat, berakhlak, terampil, dan percaya diri. Melalui kolaborasi lintas sektor dan kepemimpinan berbasis empati, Sekolah Rakyat menjadi langkah besar menuju keadilan sosial yang merata.
Bagikan